Overthinking

  Kita ketahui, apapun itu bila berlebihan adalah kurang baik, entah tentang kebaikan ataupun perkara yang kurang baik.

  Tidak berani bertindak kemungkinan adalah panakut, tapi terlalu berlebih dalam bertindak adalah israf.

  Muhammad Ali An Najjar menulis didalam kitabnya bahwa dalam lafadz Al-Israf(sikap berlebihan) tercatat sebanyak 23 kali di Al Quran dengan segala dimensi makna Al Quran.

  Terlebih dari itu, di dalam Al Quran pun, kita diajarkan berdoa ketika berlebihan dalam bertindak sesuatu, Seperti didalam surat Al Imran ayat 147 juz 4 :

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَاِسْرَافَنَا فِيْٓ اَمْرِنَا

  “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami … “

  Semoga hal-hal perbuatan kita tidak menjadi berlebihan kepada sesuatu yang memang harus sesuai ala kadarnya.

  Terlalu menyimpan harta itu pelit, terlalu berlebihan mengeluarkan harta itu boros, maka sikap dermawan (Al Jud) adalah sebagai jalan tengahnya.

  Dalam berbagai ideologi pun, bila terlalu ke kiri maka akan sekuler sehingga berpotensi mengesampingkan tuhan. Pun ketika terlalu ke kanan, maka akan selalu berketergantungan kepada manusia, sehingga jalan terbaiknya adalah ideologi moderat. mengambil jalur tengah dan tidak terlalu berlebihan.

  Begitupula dengan fikiran, jarang digunakan akan berakibat kebodohan, sehingga ke mudharatan semakin meruncing. Juga ketika terlalu berfikir keras, akan ternacam mudah setres, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi pada sistem pencernaan.

  Maka yang pas adalah seperti lagunya Wan Syahman dan Vetty Vera yang berjudul ” sedang-sedang saja ”
Juga seperti adagium(pepatah) arab :

” خير الاءمور او سطها “

” sebaik-baiknya perkara adalah tengah-tengahnya “

  Umumnya, overthinking sering membanjiri kaum mileneal atau kaula muda. Maklum, akal pemuda masih kuat, jadi mereka mudah mengingat, menerka dan dzon (perasangka).

  Namun masalahnya, yang di overthinkingkan mereka adalah cenderung kepada hal-hal ke duniawian, semacam rezeki, karir, masa depan yang paling krusial, jodoh.

  Kadang pula gara-gara terlalu mengkalkulasi omongan orang lain, sehingga menambah kronis kondisi overthinkingnya.

  Padahal perilal rezeki sudah jelas di dalam Al Quran surat Hud ayat 6 awal juz 12 :

وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَاۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ

” Tidak satu pun yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz) “.

  Jadi, santai saja. Berusaha dan berupaya semampu dan sewajarnya, Insyallah barakah.

  Pun perihal jodoh, sudah tertera pada Al Quran surat An-Nahl ayat 72 juz 14 ;

وَاللّٰهُ جَعَلَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا وَّجَعَلَ لَكُمْ مِّنْ اَزْوَاجِكُمْ بَنِيْنَ وَحَفَدَةً وَّرَزَقَكُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِۗ اَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُوْنَ وَبِنِعْمَتِ اللّٰهِ هُمْ يَكْفُرُوْنَۙ
” Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri, menjadikan bagimu dari pasanganmu anak-anak dan cucu-cucu, serta menganugerahi kamu rezeki yang baik-baik. Mengapa terhadap yang batil mereka beriman, sedangkan terhadap nikmat Allah mereka ingkar ? “.

  Jadi, sudah tertera kok, tinggal mindahin ke catatan KUA saja 🙂

  Mengenai kehidupan sosialpun sudah jelas, pastilah ada yang suka dan benci, Tuhan saja kadang ada yang benci, apalagi kita sebagai ciptaannya. Tapi kita juga tak mungkin dibenci semua orang, karena kita juga bukan iblis.

  Seperti perkataan KH Mustafa Bisri ” Kita tidak bisa disukai semua orang, tapi kita bisa untuk tidak membenci orang lain “

  Maka apa-apa yang telah dijamin bagi manusia seperti paparan diatas, tak perlu di overthinkingkan. Syekh Athaillah As-Syakandari berkata ;

ارح نفسك من التدبير، فما قام به غير ك عنك لا تقم به لنفسك

” Istirahatkanlah dirimu dari tadbir (ngatur-ngatur Allah) maka apa-apa yang selainmu, Allah telah melakukannya untukmu, janganlah kau ikut serta mengurusinya “

  Jodoh, karir dan rezeki, kita hanya bisa memperkirakan tapi tidak bisa memastikan. kita hanya berencana, namun hasilnya Allah-lah yang berkuasa. Sekedar ikhtiar sisanya tawakkal, bersyukur ketika nasib majur, bersabar ketika tak sesuai harapan.

  Mungkin yang lepas atau yang hilang dari kita itu adalah belum rezekinya, belum jatahnya, dan belum waktunya.

  Maulana Jalaluddin Rumi berkata ;” Tak perlu bersedih, apapun yang hilang darimu akan kembali dalam bentuk yang berbeda “

  Iya memang begitulah, kalau kita berupaya baik maka akan kembali dengan kebaikan pula, begitupun sebaliknya.

  Maka tak perlu difikirkan tentang hal-hal yang tak sehahusnya, apalagi sampai berlebihan. Tentang apapun yang telah di takdirkan, kita hanya tinggal ridho dengan kenyataan.

wallahua’lam.

Akmal Marzuqin
Seorang santri, salah satu pelayan di Madrastul Quran Nurul Qarnain & Anggota IPNU Asembagus Situbondo, Sedikit tampan dan bisa disapa di akun Instagramnya @ma.marzuqin