Memaknai Ulang Organisasi IPNU-IPPNU dengan Berkesadaran

Refleksi ini berangkat dari banyak sekali pertanyaan yang berakar dari suatu kegelisahan, isu, atau kejadian-kejadian yang hampir sering kita alami di dalam organisasi, mulai dari permasalahan pribadi yang masuk dalam aktivitas organisasi, konflik komunikasi baik individu maupun kelompok (divisi) secara struktural, kaburnya memahami fungsi dan peran di dalam organisasi, kebingungan akan tujuan, naik turunnya semangat, dan lain sebagainya.

Bermacam fenomena sudah menjadi bumbu pokok, sebab hampir setiap organisasi mengalami dan mencicipi dinamika permasalahan. Bahasan tentang corak dinamika permasalahan tersebut seringkali tetap berulang tanpa menemukan ujung bagaimana semuanya dapat teratasi, dan meski beberapa sudah teratasi akan tetap selalu muncul kembali fenomena serupa yang berulang. Sehingga menimbulkan titik pertanyaan, apa yang sebenarnya terjadi? Sampai mungkin berada di titik asumsi bahwa jangan-jangan selama ini letak akarnya bukan pada permasalahan itu sendiri –yang mana mungkin memang teratasi– sebab beberapa kali efektivitas solusi itu hanya dapat bertahan dalam jangka waktu pendek.

Jika demikian, perlu kiranya kita mengambil langkah keluar dari lingkaran dinamika untuk melihat dengan kacamata objektif. Yah, jangan-jangan masing dari kita hanya butuh yang namanya “kesadaran” dengan penerimaan bahwa konflik/permasalahan itu pasti dan akan tetap selalu terjadi, sebab waktu dan grafik kondisi tidak pernah selalu bergerak stabil namun akan selalu berubah dan itu tidak bisa kita kontrol, kenyataan tidak peduli dengan perasaan kita, sehingga salah satu cara yang bisa dilakukan oleh kita adalah melatih ‘kesadaran’ (mindfulness) dalam organisasi khususnya di IPNU-IPPNU.

Sebagaimana niat adalah pondasi dalam segala hal, maka penting bagi seorang anggota/kader untuk kembali berkesadaran akan niat, yang mana tentu niat luhur kita haruslah bersanad dengan cita-cita NU, yakni sebuah kemaslahatan dan keselamatan dalam iman dan Islam. Apa dan atas dasar apa berkhidmat di IPNU-IPPNU selama ini? Sehingga kompas niat akan menjadi sebuah petunjuk dan pondasi yang mengarahkan sekaligus mengokohkan tekad anggota dalam berkhidmat.

Akan tetapi niat saja tentu tidak cukup dalam berkhidmat, sehingga perlu adanya gerakan-gerakan nyata baik secara peran struktural maupun yang sarat esensial berupa kegiatan-kegiatan inovatif yang ramah terhadap pemenuhan kebutuhan kader dan tantangan zaman. Sehingga, semakin kegiatan-kegiatan organisasi di IPPNU sesuai dengan kebutuhan anggota/kelompok sebuah organisasi dapat dinilai sebagai wadah yang dapat menjalankan fungsinya dengan baik yang tentunya selaras dengan cita-cita luhur perjuangan NU.

Dengan hal tersebut, organisasi akan dengan otomatis dapat mem-branding dirinya dengan baik di kacamata anggota sekaligus masyarakat, sehingga anggota/kader dapat lebih berkesadaran dan merasa terhidupkan terkhusus secara maknawi di dalam organisasi. Kelekatan dan keterjalinan terhadap organisasi IPNU-IPPNU akan semakin menguat, yang kemudian menumbuhkan loyalitas yang berkesadaran.

Mengapa harus loyalitas berkesadaran? Sebab loyalitas berkesadaran akan membuat anggota berkhidmat sesuai tupoksinya dengan tidak berlebih-lebihan. Sebab apapun yang berlebihan memanglah tidak baik, yang bahkan seringkali dapat menjadi boomerang tersendiri, mulai dari terbengkalainya tugas dan peran kita yang lain, seperti sekolah, bekerja, bahkan pada aktivitas pribadi yang juga sebenarnya memiliki hak untuk kita penuhi. Bahkan tak jarang pula, pada loyalitas yang berlebihan secara samar terselip “ego”, “ke-aku-an” yang merambah pada permasalahan yang lebih kompleks.

Untuk itu, pada tataran “kesadaran” (mindfulness), kita secara sadar akan memiliki mekanisme pendelegasian emosi dan peran yang baik di segala aktivitas kita yang lain. Sehingga, pada akhirnya tugas-tugas kehidupan dapat berjalan dengan selaras sesuai tempatnya tanpa harus ada yang dikorbankan atau meminimalisir ada tugas yang dirugikan. Dan sudah tentu kita akan jauh lebih dapat terberdaya dalam menangkap makna di setiap proses yang dijalani.

Menjalani tugas-tugas kehidupan yang demikian kompleks tentu tidaklah mudah, sebab memang butuh keberanian dan kesadaran yang tak kalah kompleks, yang tak jarang di tengah perjalanan membuat kita merasa payah dan ingin berhenti. Namun, jika benar proses yang sedang dijalani terasa sangat berat, maka penting untuk kemudian kita mengambil waktu untuk ‘jeda’ dalam kesadaran yang baik agar dapat mengevaluasi dan kembali menangkap makna, yang kemudian hal tersebut tidak membuat kita berhenti, namun dapat menjadi bekal baru untuk kita terus melangkah menjalankan roda organisasi sekaligus tugas-tugas kehidupan yang lain.

Tulisan ini disarikan dari obrolan live IG yang diadakan oleh @ippnusitubondo dengan narasumber Rekanita S. Izzah Afadha (ketua Lembaga Konseling Pelajar PW IPPNU Jawa Timur) & Founder santriwatiku.id. dengan tema “Ber-IPPNU yang Berkesadaran.” oleh : Winda Sari, S.Psi.