Berkurban Hati dan Pergi Haji Setiap Hari

Ilustrasi by Berjuta Pena
Ilustrasi by Berjuta Pena

Berjutapena.or.id,- Ibadah Kurban yang disyariatkan pada setiap hari raya adha sejatinya merupakan ajaran purba. Adalah Habil dan Qabil, dua bersaudara putra manusia pertama Adam yang melaksanakannya. Dalam Surah Al-Maidah ayat ke 27 dikisahkan, Habil dan Qabil diperintahkan oleh Allah untuk mempersembahkan kurban. Mereka pun menaatinya. Namun yang diterima hanya kurban milik Habil, sementara kepunyaan Qabil ditolak. Usut punya usut, kurban yang diberikan oleh Qabil, yang seorang petani, adalah hasil bumi yang buruk. Sementara persembahan Habil, yang seorang peternak, adalah hewan terbagus kepunyaannya. Qabil mengerjakan perintah Allah dengan terpaksa dan penuh kehasudan. Adapun Habil melaksanakannya dengan ikhlas dan ketaaatan. Demikian, singkat penjelasan Imam Ar Rozi dalam tafsir Mafatihul Ghoib.

 

Ilustrasi by Pexels.com
Ilustrasi by Pexels.com

 

Sedangkan  ibadah Haji, yang juga dilaksanakan di bulan ini, Syekh Khatib asy-Syarbini dalam Mughnil Muhtaj mengutarakan, ibadah haji ke Baitullah Al-Haram sudah sering dilakukan orang sebelum diutusnya Nabi Muhammad. Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa Nabi Adam berjalan kaki dari daratan India untuk melaksanakan ibadah haji ke Makkah al-Mukarramah. Sesampainya di sana, Malaikat Jibril menemuinya dan mengabarkan bahwa sesungguhnya para malaikat sudah melakukan tawaf di Baitullah selama tujuh ribu tahun. Berdasarkan pendapat ini, tidak heran apabila sebagian ulama berpendapat bahwa semua nabi pernah melakukan ibadah tersebut. Tentang kapan ibadah Haji ini diwajibkan,  namun yang paling masyhur yakni pada tahun ke 10 Hijriyah.

Salah satu hikmah terbesar disyariatkan ibadah Haji, terang  Syeikh Ali Ahmad Al-Jarjawi dalam Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuh, adalah agar umat Islam dari seantero negeri bersatu dan berkumpul di satu tempat yang sama, mengesampingkan semua perbedaan yang ada, mulai dari suku, budaya, negeri, mazhab dan lainnya. Mereka semua berkumpul di atas satu nama, yaitu Islam. Ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Hajj ayat 27.

 

Ilustrasi by Pexels.com
Ilustrasi by Pexels.com

 

Poin yang ingin disampaikan, yaitu:

Pertama, ‘Kurban’ bisa dilakukan kita setiap hari bahkan setiap saat. Caranya bagaimana? Dengan meng-kurban kan diri ini untuk-Nya saja. Juga dengan menyembelih sifat-sifat hewani yang ada dalam hati, misalnya dengki, sombong, dan Riya’. Lebih lebih dari rasa mencintai dunia, yang merupakan induk dari segala kesalahan. Penyakit hati jauh lebih membahayakan dari penyakit apapun yang diderita anggota tubuh yang lain. Demikian dawuh Imam Al-Haddad. Maka, belajar lah dari kisah dua putra Nabi Adam!

Kedua, kalau mau, kita dapat berangkat Haji setiap hari. Bagaimana caranya? Dengan senantiasa memerhatikan kesatuan kebersamaan umat ini. Dimulai dari diri sendiri, dengan peka terhadap sekitar, misalnya. Kiai Azaim dawuh, orang yang selamat adalah orang yang peka dan tanggap terhadap sekitar. Selain itu, ulama dawuh, keberkahan, yakni  senantiasanya tambah kebaikan, berada pada kebersamaan.

Sebenarnya banyak yang ingin disampaikan, tapi karena singkatnya kesempatan, maka bisa dilanjutkan di lain waktu. Atau hubungi saja pimred Berjuta Pena. Sekian. Wallahu A’lam Bis Showab.

 

Penulis : Rekan Moch. Habibur Rahman Haqiqi

Muhammad Robet Asraria Soma
Santri Tulen