Mempertimbangkan Kembali Usulan Paulo Freire Tentang “Merdeka Belajar”

Ilustrasi : Gambar Paulo (BP/Istimewa)
Ilustrasi : Gambar Paulo (BP/Istimewa)

berjutapena.or.id,- Sejak dulu, pendidikan merupakan keniscayaan yang harus dimiliki. Mirisnya, saat ini ada anggapan bahwa orang yang tidak berpendidikan seolah-olah tidak berguna hidup di dunia ini. Tentu, jika anggapan ini dipandang dari sisi ekonomi, benar demikian. Karena dengan pendidikan kita bisa berprofesi sesuai potensi yang kita miliki, semisal jadi guru atau dosen.

Sayangnya, anggapan itu tidak permanen. Artinya, kendati seseorang tidak mengenyam pendidikan, tetaplah berguna bagi orang lain. Kemudian kita tahu bahwa, sejak dulu pula metode pendidikan yang ada di Indonesia bermodel “guru mengajar murid” atau dengan kata lain “model pendidikan membeo”. Model pendidikan semacam ini menitik-fokuskan seorang guru sebagai aktor utama dalam ilmu pengetahuan yang tugas utamanya adalah mentransfer ilmu kepada para murid.

Model pendidikan semacam itu juga memiliki nilai minus dan plusnya. Nilai plusnya adalah ketika ilmu pengetahuan dikaitkan dengan pentingnya ‘sanad keilmuan’, seorang guru dapat dipastikan ‘sanad’ keilmuannya jelas dengan dibuktikan ijazah. Selain itu, dengan adanya guru seorang murid dapat bertanya langsung apabila ada mata pelajaran yang tidak dipahami. Kemudian nilai minusnya adalah adanya pola pikir murid yang ‘mencukupkan belajar di sekolah saja’. Dan bisa jadi ketika pulang sekolah murid tidak belajar lagi.

Maka dari itu, ada tawaran dari Paulo Freire mengenai model pendidikan yang semestinya dijalankan. Tawaran ini nantinya akan memunculkan lelucon bahwa, sekolah atau kuliah adalah proses transfer ilmu dari buku catatan guru kepada buku catatan murid tanpa adanya campur tangan pikiran dari masing-masing. Kendatipun ada lelucon seperti itu, ada makna yang sangat dalam atas tawaran Paulo Freire. Berikut tawarannya.

Usulan Dari Paulo Freire

Paulo Reglus Neves Freire adalah tokoh pendidikan kelahiran Brazil (19 September 1921 – 2 Mei 1997). Ia juga seorang mahasiswa hukum di Universitas Recife. Pada saat itu, Freire mengalami langsung kemiskinan dan kelaparan di daerahnya dan mengalami depresi besar. Itulah mengapa kemudian ia memiliki perhatian lebih kepada kaum miskin dan ikut campur dalam membangun pendidikan. Pemilik buku “Pendidikan sebagai Praktik Pembebasan” itu, dikenal sebagai seorang intelek Amerika Latin yang “kekiri-kirian”.

Melanjutkan dari lelucon di atas, bahwa tawaran Freire mengenai model pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan ‘orang dewasa’. Artinya, Freire mengharapkan seorang guru hendaknya meninggalkan posisi otoritatif sejauh mungkin dan membiarkan murid agar menemukan jati diri dalam belajar. Dalam mekanismenya, tawaran ini meliputi pembelajaran kelompok sesama murid dan pembelajaran dengan sistem orientasi (pemecahan) masalah. Nilai tambah atas usulan Freire adalah model seperti ini tidak hanya menitik-fokuskan terhadap pengajaran antara siswa yang lebih tinggi terhadap siswa yang rendah, melainkan juga memperhatikan pembelajaran secara individu senyaman mungkin.

Dengan memandang dampak dari kedua model pendidikan di atas, saya rasa perlu ada pertimbangan kembali atas usulan Freire. Karena dengan begitu, seluruh siswa atau murid dapat belajar dengan sebebas mungkin dan saya rasa ini juga akan sesuai dengan apa yang diinginkan Bpk. Nadiem Anwar Makarim yang menyuarakan MERDEKA BELAJAR.

 

Editor : Rekan Basori