Cinta yang Terkontaminasi

(Foto : Ilustrasi by AI)
(Foto : Ilustrasi by AI)
berjutapena.or.id,- Pada dasarnya mencintai adalah hal yang pasti adanya (doruri), yang Tuhan berikan kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya. Hewan saja saling mencintai, masak kamu enggak? Cinta sejati nan hakiki memang hanya terjadi pada manusia, yakni mencintai sang pencipta. Sementara stigma bahwa “Cinta sejati adalah memberikan seluruh yang kita miliki untuk seseorang yang kita cintai” itu tidak benar sebab mencintai terhadap sesama manusia itu ada batasnya.
Memang kita selalu dianjurkan untuk saling mencintai utamanya kepada sesama saudara seagama, seperti dalam hadist,
 عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Dari Anas dari Nabi Saw bersabda: Tidaklah beriman seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”(HR. Bukhari).
Sehingga iman kita belum dikatakan sempurna jika hanya mencintai kepada orang-orang tertentu saja (misalnya lawan jenis).
Namun paradigma negatif mengenai cinta yang hanya dihubungkan dengan kesenangan belaka, menjadikan manusia merasa risih dalam mengungkapkan kata-kata cinta kepada sesamanya. Bahkan parahnya, dikaitkan pula dengan seksualitas yang hanya terjadi kepada lawan jenis. Cinta yang sudah terkontaminasi ini sudah sepatutnya kita tinggalkan.
Merepresentasikan makna cinta memang tak mudah karena cinta memang perihal rasa dan perasa, sebagaimana dalam kitab Fihi Ma Fihi, bahwa Mahabbah atau cinta diartikan sebagai orang yang meminum anggur. karena “Cinta itu bukan yang tampak dilihat dengan indera, namun cinta itu dirasa dari esensinya”.  Indera yang meliputi pengihatan, pendengaran serta perasa terkadang disalah gunakan untuk mencintai seseorang, sehingga tidak jarang kata “cinta” hanya diungkapkan untuk mengungkapkan nafsunya pula. Namun dalam hal ini, hati yang seharus berperan penting agar tidak terjerumus pada pengungkapan cinta yang sudah terkontiminasi.
Terakhir, cinta hakiki itu hanya dapat kita berikan kepada sang Khaliq tanpa menafikan bahwa kita juga diharuskan untuk mencintai kepada sesama manusia (tanpa terkecuali) namun dengan batas yang selayaknya. Ingat bro! Ungkapan cinta yang berlebihan itu hanya nafsu saja, jadi mari kurbankan – Tinggalkan -.
Editor : Rekanita Lilik
Muhammad Robet Asraria Soma
Santri Tulen