Riuh gesekan pedang mencaci telinga
Tanah berhambur terbalut darah
Namun wangi darah itu laksana misik
Tetes demi tetes, menjadi saksi gugurnya syuhada
Seruan karbala terdengar pilu
pekat namun abu-abu.
Pekak tangis terdengar keras
Bising, mengusik jiwa
Ada duka mendalam di sana
Mengundang air yang lain jatuh, di mata yang berbeda
Tak bisakah kau lindungi jantung baginda?
Berlari hunuskan dendam itu
Kaki, tangan ku terikat sebagai sandera
lalu apa?
Lagi, seruan karbala terdengar pilu menanggalkan kenang dalam qalbu
Hari sudah berganti, bulan terlewati
Kita kembali bertemu muharram, bulan duka yg abadi
Usai sudah perang itu, ia merenggut jantung baginda
Menggoreskan sesak dan isak bersamaan dalam pedih kenangan
Hari itu jantung hati baginda bahagia telah bertemu ibundanya
Namun pilu meninggalkan saudarinya
atas seruan karbala
Mari mengenang kepergiannya yang malang.
Syifa Tazkia
Besuki. 5 Juli 2020
Leave a Reply