Netralitas IPNU-IPPNU di Tengah Badai Politik: Antara Pendidikan dan Praktik

Buletin berjutapena yang siap antar ke pembaca (BP/Robet)
Buletin berjutapena yang siap antar ke pembaca (BP/Robet)

 

berjutapena.or.id,— Situbondo, Sebagai organisasi kepemudaan di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) dihadapkan pada tantangan yang kompleks menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) mendatang. Dalam konteks ini, netralitas politik menjadi isu penting yang harus dihadapi oleh setiap kader. Di satu sisi, menjaga netralitas dianggap esensial untuk memelihara kebersamaan di antara kader, sementara di sisi lain, tekanan dari tokoh politik lokal sering kali mendorong IPNU-IPPNU untuk terlibat lebih aktif dalam politik praktis.

Ahmad Muhsin, Instruktur Nasional dan mantan Ketua Pimpinan Cabang (PC) IPNU Situbondo, memberikan pandangan kritis mengenai situasi ini. Menurutnya, kedua organisasi harus menemukan keseimbangan antara pendidikan politik dan keterlibatan praktis.

“Kita tidak bisa bersikap terlalu liberal atau radikal. Arah gerak IPNU dan IPPNU harus aktif dalam mempelajari pola gerakan dan pendidikan politik, tetapi tetap pasif dalam berpolitik praktis,” ujarnya, pada Sabtu (28/09/2024).

Muhsin menekankan pentingnya menjaga semangat kebersamaan di tengah polarisasi politik. Ia mengajak kader IPNU dan IPPNU untuk menyadari bahwa sebagai pelajar, mereka harus bisa memanfaatkan momen politik sebagai sarana belajar.

“Politik adalah fenomena sosial yang pasti datang dan akan berlalu. Pastikan kita bisa belajar dari setiap proses yang terjadi,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa dalam Islam terdapat kaidah yang mengatur politik, dikenal sebagai fiqh siyasah. Dengan pelaksanaan pola gerakan dan belajar yang tepat, kader IPNU dan IPPNU diharapkan dapat meraih banyak pelajaran berharga dari situasi politik yang ada, tanpa harus mengorbankan prinsip netralitas.

Namun, tantangan tetap ada, terutama bagi kader IPNU dan IPPNU di daerah seperti Situbondo, yang memiliki hubungan erat dengan tokoh-tokoh politik lokal. Ahmad Muhsin mengakui bahwa menjaga netralitas di tengah dinamika tersebut tidaklah mudah.

“Selama pola gerakan dan belajar dijalankan dengan takaran yang pas, insyaallah kita bisa memberikan kontribusi positif tanpa terjebak dalam politik praktis yang dapat memecah belah,” tutupnya.

Dalam menghadapi masa Pilkada, sikap IPNU dan IPPNU yang kritis dan netral diharapkan mampu menjaga integritas dan kebersamaan di antara kader, sekaligus berkontribusi terhadap pendidikan politik yang sehat di masyarakat. (Lil)

 

Penulis : M. Kholilur Rahman