Berjutapena.or.id — Perkembangan teknologi yang begitu pesat dalam beberapa dekade terakhir telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Dalam pandangan Islam, teknologi dapat menjadi anugerah sekaligus ujian, tergantung bagaimana ia digunakan. Sebagai agama yang menyeluruh, Islam memberikan pedoman agar umatnya menghadapi perubahan zaman, termasuk kemajuan teknologi, dengan sikap yang bijak dan hati-hati.
Teknologi pada dasarnya adalah alat yang memudahkan kehidupan manusia. Namun, jika tidak digunakan dengan benar, ia bisa menjadi ancaman bagi akhlak, moral, dan keimanan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya” (QS. Al-Isra: 36).
Ayat ini menekankan bahwa segala sesuatu, termasuk pemanfaatan teknologi, harus didasarkan pada ilmu yang benar dan kebijaksanaan.
Imam Al-Ghazali, salah satu ulama besar Islam, mengingatkan bahwa ilmu pengetahuan dan alat duniawi seperti teknologi seharusnya menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan menjauhkan diri dari-Nya.
Dalam karyanya, ia menegaskan bahwa manusia harus selalu waspada terhadap godaan duniawi yang dapat melalaikan hati. Teknologi modern, meskipun membawa banyak manfaat, juga menyimpan potensi bahaya jika digunakan untuk hal-hal yang tidak bermakna atau bahkan merusak.
Kemajuan teknologi informasi telah membuka akses luas ke berbagai informasi. Namun, di sisi lain, ini juga menjadi pintu masuk bagi fitnah, hoaks, dan konten yang merusak moral.
Rasulullah SAW bersabda, “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan tipuan. Ketika itu, orang yang jujur dianggap pendusta dan pendusta dianggap jujur. Orang yang dipercaya dianggap khianat dan orang yang khianat dianggap dipercaya” (HR. Ahmad).
Hadis ini menggambarkan kondisi yang sangat relevan dengan masa kini, di mana teknologi sering disalahgunakan untuk menyebarkan kebohongan dan menyesatkan orang lain.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah juga menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia harus diarahkan untuk tujuan yang mulia, yakni mendukung ketaatan kepada Allah. Jika teknologi hanya digunakan untuk memenuhi kesenangan duniawi tanpa memperhatikan dampak spiritual, maka ia bisa menjadi jalan menuju kehancuran.
Selain itu, teknologi modern membawa tantangan baru dalam menjaga privasi, keamanan, dan hubungan sosial. Hubungan yang dulunya hangat melalui pertemuan langsung kini semakin tergantikan oleh interaksi virtual. Hal ini bisa mengikis nilai ukhuwah Islamiyah dan rasa empati. Islam menekankan pentingnya menjaga silaturahmi dan hubungan penuh kasih sayang.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang Muslim memutuskan hubungan dengan saudaranya lebih dari tiga hari. Barang siapa melakukannya, maka ia akan masuk neraka” (HR. Abu Dawud).
Oleh karena itu, umat Islam harus bijaksana dalam memanfaatkan teknologi. Teknologi seharusnya menjadi alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, memperluas dakwah, dan meningkatkan kualitas hidup tanpa melupakan nilai-nilai agama.
Allah SWT berfirman, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia” (QS. Al-Qashash: 77). Ayat ini mengajarkan keseimbangan antara menggunakan teknologi untuk kebutuhan duniawi dan tetap fokus pada tujuan akhirat.
Pada akhirnya, teknologi adalah ujian bagi manusia. Jika digunakan dengan cara yang salah, ia bisa membawa kehancuran. Namun, jika digunakan dengan benar dan sesuai dengan nilai-nilai Islam, teknologi dapat menjadi alat yang membawa keberkahan dan kebaikan.
Islam mengajarkan umatnya untuk selalu kritis, bertanggung jawab, dan menjadikan agama sebagai panduan utama dalam setiap langkah, termasuk dalam menghadapi kemajuan teknologi.
Leave a Reply