Catatan Bercanda#4 “Kaderisasi x Literasi : Urgensi Organisasi Masa Kini”

berjutapena.or.id,- “Urgensi Organisasi Masa Kini” menjadi topik utama pada sesi Bincang Pelajar dalam Canda dan Tawa (BERCANDA) bersama dengan Instruktur Nasional Pengurus Pusat (PP) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) sekaligus Mahasiwa jenjang Doktoral di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rekan Ahmad Muhsin, S. Pd., M. Ag., Al-Hafidz. Diskusi yang lebih terfokus kepada pembahasan seputar Kaderisasi dan Literasi ini telah terlaksana pada Rabu, (01/01/25) via live instagram @berjutapena.stb dan @kurakura.airtawar. Berikut hasil diskusi yang disarikan dari live tersebut.

Literasi dan Kaderisasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam menjalankan organisasi. Ibarat komputer, literasi merupakan software sementara kaderisasi merupakan hardwarenya. Sehingga organisasi tanpa kaderisasi dan literasi yang baik akan stagnan atau bahkan menurun. Karena orang yang memiliki basic literasi yang kuat akan mampu membaca dan memahami segala hal. Termasuk membaca fenomena, kesempatan bahkan hal-hal yang sifatnya mikro.

Literasi yang dimaksud bukan hanya perihal membaca dan menulis, atau biasa yang disebut dengan literasi dasar. Namun lebih dari itu, salah satu urgensi organisasi adalah dengan memaksimalkan pemahaman soal literasi digital, literasi numerik, literasi data hingga literasi sosial. Sehingga kaderisasi yang digunakan pada organisasi, khususnya IPNU IPPNU ini dapat mengikuti dan menyesuaikan zaman dan kebutuhan kader atau anggota di setiap tingkatan (Shalih likulli zaman wa makan).

Kaderisasi Harga Pas atau Masih Bisa ditawar?

Membahas kaderisasi, maka sudah tak asing lagi dengan jargon “Kaderisasi Harga Pas”. Sebagai ujung tombak organisasi, tentu tak heran jika jargon itu yang selalu di gaung-gaungkan. Padahal sejatinya, yang dimaksud dengan “Harga Pas” adalah esensi dari kaderisasi itu sendiri. Yang mana yang tidak dapat di tawar bukan kaderisasi secara subjektif, akan tetapi secara objektif. Sehingga kaderisasi yang ada pada pedoman seyogyanya masih menjadi patokan serta rujukan utama. Sekalipun disaat yang sama juga ada potensi untuk dapat diperbaiki menyesuaikan perkembangan kader dan zaman yang ada.

Kesalahpahaman tentang harga pas pada sistem kaderisasi ini berawal dari kesalahan dalam berpikir, atau lebih tepatnya ada logical fallacy. Hal ini didasari oleh fakta yang ada bahwa jenjang kaderisasi yang ada bukanlah sebuah kotak sulap. Yang dapat mengubah orang menjadi mahir dalam beberapa bidang hanya dengan beberapa hari mengikuti pengkaderan. Sederhanya, orang yang telah menjadi pengurus bertahun-tahun saja belum tentu memahami secara utuh tentang organisasi ini. Belum tentu mampu menjawab tantangan dan menyelesaikan problem-problem yang ada di organisasi.

Sehingga untuk dapat memperjuangkan jargon “Kaderisasi harga pas” adalah dengan memahami secara utuh tentang esensi kaderisasi itu sendiri. Mulai dengan menyelesaikan seluruh jenjang pengkaderan yang ada, memahami pedoman kaderisasi IPNU IPPNU, serta memiliki wawasan luas dan pemahaman literasi yang kuat.

“Yang gak boleh dirubah itu cuman Al-Qur’an, pedoman kaderisasi itu wajib dirubah (berdasarkan dengan kebutuhan kader dan zaman). Dan perubahan ini tidak boleh sembarangan. Harus melalui pengkajian mendalam dan menggunakan mekanisme formal yang ada dalam organisasi kita.” – Rekan Ahmad Muhsin, Pembina PC IPNU Situbondo.

Seberapa Urgen Literasi dalam Organisasi?

Untuk memahami literasi, yang paling utama adalah pemahaman literasi dasar. Seorang organisatoris yang tidak memahami literasi dasar dengan baik akan kewalahan dalam menjalankan organisasinya. Sebab seseorang tidak akan mampu mengkader atau mengembangkan kemampuan orang lain, jika tidak mampu mengembang diri dengan baik. Untuk menanamkan literasi dasar, yang berupa membaca dan menulis tentu perlu adanya upaya yang harus dipaksakan.

“Sesuatu yang membuat kita berkembang, itu diawali dengan ketidak enakan. Sebagaimana perkataan Imam Syafi’i; kalau tidak mau menanggung lelahnya belajar, maka kamu harus menanggung perihnya kebodohan “ – Rekan Ahmad Muhsin, Wasek II Bid. Kaderisasi PW IPNU Jawa Timur Periode 2021-2024.

Selain itu, setidaknya ada empat (4) instrumen literasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan organisasi :

Pertama, Literasi digital. Karena saat ini merupakan zaman yang serba digital. Dengan literasi digital, kita akan mampu mencari informasi yang akurat, memanfaatkan digital serta membuat hal yang ada didunia maya dapat dikembangkan dan dijadikan instrumen untuk mengembangkan organisasi.

Kedua, Literasi Numerik. Ini merupakan kemampuan literasi yang sangat dibutuhkan, utamanya untuk menghadapi suatu masalah. Bahkan kesuksesan problem solving dalam menyelesaikan suatu masalah, bergantung kepada kualitas literasi numerik yang dimiliki. Karena literasi numerik adalah kemampuan kita dalam melibatkan data dan angka dalam memecahkan suatu masalah.

Ketiga, Literasi Data. Kemampuan untuk mencari, mengolah dan merumuskan data dengan baik dapat digunakan untuk menyusun program kerja.

Keempat, Literasi Sosial. Hal ini didasari oleh identitas IPNU IPPNU sebagai organisasi kemasyarakatan. Sehingga memahami kondisi yang sifatnya lokal wisdom menjadi perlu, untuk dapat berbaur dan merangkul masyarakat sekitar.

“Literasi sosial untuk memahami ladang garap kita sebagai organisasi kemasyarakatan, Literasi numerik untuk kemudian menjadi instrumen pendukung untuk memecahkan masalah yang ada di organisasi. Literasi data dibutuhkan untuk membuat program kerja yang kita rumuskan agar mampu tepat sasaran. dan Literasi digital agar mampu membuat dan mengemas semuanya bisa cocok dengan perkembangan zaman yang hari ini kita rasakan.” – Rekan Ahmad Muhsin, Ketua PC IPNU Situbondo Periode 2021 – 2023.

Kesimpulan

Salah satu urgensi organisasi (IPNU-IPPNU) saat ini adalah memperbaiki sistem Kaderisasi yang ada, dengan dilandasi oleh kebutuhan kader dan perkembangan zaman. Disamping itu menanamkan pemahaman literasi yang baik sangat diperlukan. Karena literasi merukan software, yang apabila literasinya buruk tentu akan berpengaruh terhadap semua komponen organisasi. Setidaknya ada 5 macam literasi yang harus dipahami untuk mengembangkan organisasi. Yakni yang utama adalah literasi dasar, kemudian literasi sosial, literasi numerik, literasi data dan terakhir literasi digital. Untuk menyelesaikan urgensi diatas, maka butuh effort dan support dari setiap tingkatan baik pusat maupun akar rumput. Sekian Terimakasih.

Sumber : https://www.instagram.com/reel/DESVXdgTmvC/

Muhammad Robet Asraria Soma
Santri Tulen