Mengulik Sedikit Sejarah Kota Tua Yang Dilupakan “Besuki : Second City”


Berjutapena.or.id,- Kota besuki adalah kota tua yang ada di Situbondo dan pernah menjadi keresidenan pada zaman pemerintahan Belanda guna untuk mengadmistratif pemerintah Hindia Belanda pada saat itu.

Sebagai masyrakata yang tinggal di Besuki kita harus tahu dulu asal usulnya.Awalnya ada seorang ulama’ asal madura yaitu Kyai Abdurrahman Wirobroto pada tahun 1743 Masehi mencari tempat baru untuk mencari tempat yang baru guna untuk mencari area subur untuk bercocok tanam dikarenakan desa yang dulunya ia tempati mengalami kekeringan panjang,dan sekarang desa tersebut menjadi Desa Tanjung, Kecamatan Pademawu, Pamekasan.

Singkat cerita, Kyai Abdurrahman Wirobroto sampai di daerah ujung timur Jawa, kemudian membuka lahan yang kala itu masih berupa hutan belantara, untuk dijadikan tempat bercocok tanam.

Wilayah tersebut ternyata memiliki tanah yang subur, sehingga apa yang ditanam olehnya dapat tumbuh dengan baik. Hal tersebut membuat Kyai Abdurrahman memutuskan kembali ke Pamekasan untuk menjemput keluarganya beserta sekitar 20 keluarga lainnya untuk berhijrah ke wilayah baru tersebut.

Dikarenakan belum memiliki nama, wilayah itu kemudian dinamai Nambekor, berasal dari kata “Nambeg” yang artinya “Berlabuh”. Kini wilayah tersebut kita jumpai dengan nama Demung, salah satu desa yang terdapat di wilayah Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo.

Setelah perpindahan Kyai Abdurrahman Wirobroto bersama sanak kerabatnya, Nambekor berubah menjadi Kedemangan dengan Kyai Abdurrahman Wirobroto sebagai demangnya.

Setelah lanjut usia, jabatan demang digantikan oleh anaknya, yakni Raden Bagus Kasim, sedangkan ia sendiri pada tahun 1760 kembali ke kampung halamannya dan meninggal di sana.

Setelah di pemerintahan Raden Bagus Kasim Nambekor diganti namanya oleh beliau dengan nama Besuki.nama Besuki sendiri diambil dari nama Han Soe Kie, seorang saudagar kaya raya Cina keturunan Dinasti Han yang sangat berpengaruh kala itu, yang juga merupakan seorang muslim.
Dia adalah mertua dari Raden Tumenggung Moh. Ali Prawirodiningrat, yang lebih dikenal dengan nama Pengeran Kolonel. Adapun Pangeran Kolonel adalah putra dari Raden Asiruddin atau Pangeran Notokusumo I, Bupati Sumenep kala itu.

Han Soe Kie amat dihormati oleh masyarakat sekitar, mereka memanggilnya dengan Babah Soe Kie atau Bah Soe Kie. Panggilan tersebut dalam logat pribumi kerap bergeser menjadi Basuki atau Besuki.

Sementara pendapat lain menyatakan bahwa kata “Besuki” diduga berasal dari Bahasa Jerman yakni kata “Besuchen” atau “Besuch” yang artinya membesuk atau menjenguk. Hal ini karena banyak juga tentara Belanda di sana kala itu yang berasal dari Jerman.

Kota Besuki adalah kota tua yang ada di Situbondo dan pernah menjadi keresidenan pada zaman pemerintahan Belanda guna untuk mengadmistratif pemerintah Hindia Belanda pada saat itu.

Asal usulnya Besuki adalah dengan adanya kedatangan seorang ulama’ asal Madura yaitu Kiai Abdurrahman Wirobroto pada tahun 1743 Masehi. Ia mencari tempat baru guna mencari area subur untuk bercocok tanam, dikarenakan desa yang dulunya Ia tempati mengalami kekeringan panjang. Sekarang desa tersebut menjadi Desa Tanjung, Kecamatan Pademawu, Pamekasan.

Singkat cerita, Kiai Abdurrahman Wirobroto sampai di daerah ujung timur Jawa, kemudian membuka lahan yang kala itu masih berupa hutan belantara, untuk dijadikan tempat bercocok tanam.

Wilayah tersebut ternyata memiliki tanah yang subur, sehingga apa yang ditanam olehnya dapat tumbuh dengan baik. Hal tersebut membuat Kiai Abdurrahman memutuskan kembali ke Pamekasan untuk menjemput keluarganya beserta sekitar 20 keluarga lainnya untuk berhijrah ke wilayah baru tersebut.

Dikarenakan belum memiliki nama, wilayah itu kemudian dinamai ”Nambekor”, berasal dari kata “Nambeg” yang artinya “Berlabuh”. Kini wilayah tersebut kita jumpai dengan nama Demung, salah satu desa yang terdapat di wilayah Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo.

Setelah perpindahan Kiai Abdurrahman Wirobroto bersama sanak kerabatnya, Nambekor berubah menjadi Kedemangan. dengan Kiai Abdurrahman Wirobroto sebagai demangnya.

Setelah lanjut usia, jabatan demang digantikan oleh anaknya, yakni Raden Bagus Kasim, sedangkan ia sendiri pada tahun 1760 kembali ke kampung halamannya dan meninggal di sana.

Setelah dikepemerintahan Raden Bagus Kasim, Nambekor diganti namanya oleh beliau dengan nama Besuki. Nama Besuki sendiri diambil dari nama Han Soe Kie, seorang saudagar kaya raya Cina keturunan Dinasti Han yang sangat berpengaruh kala itu, yang juga merupakan seorang muslim.
Dia adalah mertua dari Raden Tumenggung Moh. Ali Prawirodiningrat, yang lebih dikenal dengan nama Pengeran Kolonel. Adapun Pangeran Kolonel adalah putra dari Raden Asiruddin atau Pangeran Notokusumo I, Bupati Sumenep kala itu.

Han Soe Kie amat dihormati oleh masyarakat sekitar, mereka memanggilnya dengan Babah Soe Kie atau Bah Soe Kie. Panggilan tersebut dalam logat pribumi kerap bergeser menjadi Basuki atau Besuki.

Sementara pendapat lain menyatakan bahwa kata “Besuki” diduga berasal dari bahasa Jerman yakni kata “Besuchen” atau “Besuch” yang artinya membesuk atau menjenguk. Hal ini karena banyak juga tentara Belanda di sana kala itu yang berasal dari Jerman.

Editor : Rekanita Lilik