berjutapena.or.id,- Sempatkan isi kuliah umum, Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (LAKPESDAM) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama’ (PBNU) KH. Ulil Abshar Abdalla sampaikan makna Fiqih Peradaban kepada Maha santri Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyyah Sukorejo pada Selasa, (3/10/2023) di Perpustakaan Ma’had Aly Situbondo.
Dalam penyampaiannya, Gus Ulil menjelas makna Fiqih Peradaban atau dalam kosakata bahasa arab disebut dengan Fiqih Hadarah. “Kata Hadarah sendiri merupakan antonim dari kata badawah yang dalam hal ini bermakna tampak, sementara kata hadarah dapat didefinisikan sebagai manusia yang tinggal permanen disuatu tempat sehingga akan muncul sebuah peradaban nantinya,”katanya.
Selain itu Pengampu Ngaji Ihya’ Ulumuddin itu juga merinci asal mula kata Peradaban atau Hadarah.
“Istilah peradaban ini pertama kali dibahas oleh Ibnu Khaldun didalam kitabnya. Ia menjelaskan bahwa ketika manusia berkumpul disuatu tempat maka secara dhoruriyah manusia akan berperadaban karena manusia diciptakan oleh Allah dengan watak dasar bahwa ia tidak akan bisa bertahan kecuali dengan makan. Tetapi ia juga diberi kemampuan untuk mencari makan. Hanya saja manusia tidak mampu menciptakan makanan yang efektif dan efesien ketika ia sendir,” jelasnya.
Gus Ulil mengungkapkan bahwa metode yang digunakan oleh Ibnu Khaldun dalam membahas tentang peradaban adalah dengan menggunakan metode istiqra’.
“Sehingga dalam hal ini ada 2 dimensi yang menjadi poin utama dalam perumusan Fiqih Peradaban, yakni memahami hadarah
secara realita saat ini dan merespon realita saat ini dengan Fiqih kita,” tegasnya.
Hadir dalam pertemuan ini, Dr (HC). KH. Afifuddin Muhajir, Wakil Rais Aam PBNU, KH Hodri Ariev, Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU dan para dosen Ma’had Aly Situbondo.
Editor : Rekanita Lilik
Leave a Reply