berjutapena.or.id,- Habib Abdullah al-Haddad al-Hadromi dalam kitabnya Risalah al-Mu’awanah menegaskan bahwa setiap hamba tidak akan bebas dari melakukan maksiat. Kendatipun, hamba itu bagus hubungannya dengan Allah Swt, dan juga bagus secara sosial bermasyarakat. Itulah mengapa dalam paragraf yang lain beliau mengingatkan kita agar selalu bertaubat kepada Allah, baik itu dosa kecil ataupun dosa besar. Karena, Allah sendiri menyukai orang-orang yang bertaubat. Sebagaimana dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah, ayat: 222 disebutkan:
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
“Sesungguhnya Allah Swt. menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang bersih”
Dewasa ini ada istilah yang telah menjadi pengetahuan umum, yaitu istilah “Taubat sambal”. Gambarannya adalah antara melakukan maksiat dan ibadah bisa dikatakan seimbang. Artinya, setelah melakukan ibadah orang itu melakukan maksiat, begitu seterusnya. Diposisi seperti inilah logika Setan berkecamuk dalam benak seorang hamba.
Pada saat kondisi hamba berada dalam ketaatan dan maksiat, Setan akan membujuk hamba dengan logikanya yang sangat manis. Logikanya adalah Setan akan memberi bisikan bahwa ketika seorang hamba dalam ketaatan kemudian bermaksiat, maka seorang hamba akan dibuat merasa kurang ajar kepada Allah, merasa bahwa ia sedang mempermainkan Allah Swt. Padahal, ini sebenarnya akal-akalan Setan agar hamba tidak mengingat Allah sama sekali. Hamba akan merasa bahwa dirinya banyak dosa dan jika bertaubat, kemudian melakukan maksiat lagi, seakan-akan Ia sedang mempermainkan Allah Swt. Itulah yang saya maksud logika Setan.
Seharusnya, seorang hamba dengan kondisi yang demikian tetaplah bertaubat. Karena, dengan Ia bertaubat merupakan saat-saat mengingat Allah Swt. Barangkali, dengan begitu Ia akan mendapatkan hidayah dari-Nya. Bukan justru menghindar dari Allah dan bahkan merasa sedang mempermainkan Allah Swt.
Dalam paragraf lain, beliau (Habib Abdullah) mengingatkan kita juga bahwa sosok Nabi Muhammad saja yang notabene merupakan insan al-Kamil (sosok yang mulia) masih melakukan taubat dan istighfar kepada Allah Ta’ala. Tentu, beliau melakukan hal itu bukan berarti beliau memiliki dosa, melainkan sebagai tauladan bagi umat ini agar senantiasa bertaubat kepada Allah Swt,,, Waallahu A’lam.
Editor : Rekanita Lilik
Leave a Reply